Widget HTML Atas

Anak kita KALAH LOMBA ??! ( Belajar dalam menapaki kehidupan )


 Soal yang hampir tak bisa kita hindarkan ketika menjadi orang tua adalah mendapati anak yang ikut berlomba, lombanya apaaaa sajaa.. lalu... KALAH....!


towewewewew..!
lomba apa saja tadi maksudnya karena anak-anak memang masih ingin menjadi apa saja, tak terkecuali juga anak-anak kita.




Tak ada kekalahan yang enak. Beberapa di antaranya malah menyakitkan.
Melihat anak sakit oleh sebuah kekalahan adalah pemandangan yang bikin masgul.

Berikut ini ada beberapa cara untuk menghadapi kekalahan.

 
#Pertama

Sakit secara bersama-sama

Si anak kecewa, orang tua apa lagi.
Meskipun dari mulut orang tua bisa berkata: ''Tak usah kecewa nak..... Masih ada kesempatan kok ..,''


tapi nasihat ini tak banyak gunanya karena kekecewaan terdalam justru terdapat di wajah orang tua ini.
Nasihat ini lebih untuk menghibur hati mereka sendiri ketimbang hati anaknya.

#Kedua

Labrak saja dewan juri dan protes bahwa penilaiannya tidak jujur.

Betapa ada peraturan lomba yang tidak dijalankan dan itu merugikan peserta termasuk anak kita itu.
Protes ini diharapkan agar memberi kesan bahwa kekalahan itu bukan karena anak kita goblok tapi karena lomba yang penuh kecurangan.....he,

Di dunia politik, strategi ini terkenal dengan TAKTIK PENGALIHAN ISSUE.

Jika isu ini terlalu keras, ada cara isu yang lebih lunak, misalnya: ''Anak saya sakit.
Ketika ikut lomba badannya sedang panas. Saking panasnya sampai ketika ketiaknya saya ukur, termometernya bengkok begini.''

#Ketiga.


Kita bisa menempuh "inisiatif kibul",

Banyak orangtua memakai cara seperti ini, gimana caranya ?? hehe..

Sepanjang anak masih mudah dikibuli, katakan saja ia selalu menjadi pemenang dalam setiap lomba yang ia ikuti.

Caranya mudah, sebelum lomba usai, ajak dia pulang dan belikan ia piala di pasar grosir tanpa sepengetahuannya pesen aja sama toko , tulis namanya lengkap dengan gelar juaranya hr itu juga...

#Ke empat adalah

Cara yang amat sulit, bahkan sayapun sangat ingin sekali mencobanya, yakni :
Menikmati kekalahan itu sendiri.

Melihat wajah anak kita yang sedang dalam perasaan kekalahan, adalah melihat wajah kita sendiri ketika sedang menjalani penderitaan serupa.

Itulah wajah yang malu, sakit, marah, kecil hati dan kecewa. 
Merasakan derita serupa sedang menimpa anak kita, adalah perasaan menyakitkan.

Tetapi kekalahan demi kekalahan dalam lomba yang banyak kita derita di masa-masa kita kanak-kanak seperti itu ternyata adalah modal yang baik sekali bagi kekuatan kita di hari ini.

Terutama kekuatan menertawai diri sendiri.


Banyak sekali perubahan dalam hidup kita ketika kita mulai mudah tertawa termasuk pada soal-soal yang selama ini kita anggap menyakiti hati.

Maka jika kekalahan ternyata mendatangkan manfaat sebaik ini, betapa keliru jika kita tidak mengembangkan prasangka baik terhadap kekalahan sejak dini.




Kita termasuk terlambat menyemai perilaku ini, sehingga terlalu banyak rasanya waktu yang kita habiskan untuk sakit di hadapan kekalahan.

Kita ingin tidak cuma anak kita saja, tetapi juga siapa saja merasakan sensasi kekalahan ini.
 
Berani sakit, berani malu, berani memberikan kemenangan kepada pihak yang berhak, adalah latihan mental yang baik sekali. 




Keberanian semacam itulah yang ternyata menjadi modal untuk menjadi pemenang di kelak kemudian hari .

Bukan cuma sekadar menjadi pemenang sebuah perlombaan tetapi juga menang dalam kehidupan.

 ''Jadi, anakku, kamu boleh kalah dalam lomba, tetapi jangan kalah di dalam hidup.'' itu point utamanya !

(by PGS)


 Note : Postingan ini bisa dipandang dari sudut pandang mana saja , makanya sudut pandang itu bikinlah banyak sudut-sudutnya , bukan hanya 2 ( dua ) saja